2 "Kehendak Allah" juga dipakai untuk menyebutkan segala sesuatu yang diingini Allah secara jelas; kehendak ini dapat disebut "kehendak Allah yang sempurna". Misalnya, adalah kehendak Allah yang dinyatakan bahwa semua orang selamat ( 1Tim 2:4 ; 2Pet 3:9 ) dan bahwa orang percaya yang sudah selamat tidak terjatuh dari kasih karunia Dihadapan Allah, manusia hanya diakui dalam dua kategori ini. Dalam Adam, Orang yang belum diselamatkan dan orang yang belum mengetahui kehendak Allah dengan sungguh-sungguh menonjolkan diri dan merebut kemuliaan Tuhan dalam pelayanan dan bukannya datang untuk sungguh-sungguh melayani. Akan tetapi, jika Saudara betul-betul mengerti Olehsebab itu dalam pandangan Mu'tazilah, kekuasaan dan kehendak mutlak Allah berlaku dalam jalur hukum‑hukum yang tersebar di tengah alam semesta. Itulah sebabnya kemutlakan kehendak Allah menjadi terbatas. (Yunan Yusuf, 1990: 74) Mereka berkeyakinan, bahwa Allah telah memberikan kemerdekaan dan kebebasan bagi manusia dalam menentukan KehendakManusia dan Kehendak Allah. Seperti lagu doraemon:"Aku ingin begini ..Aku ingin begitu..Ingin ini itu banyak sekali.." itulah kehendak manusia. Tidak ada manusia yang tak memiliki kehendakkecuali orang tidur dan orang mati. kehendak Allah tanpa tidur dan mati ehendakbebas adalah kemampuan manusia untuk memilih, menimbang dan membuat sebuah keputusan. Tuhan memberikan kehendak bebas, ketika menciptakan manusia dengan firman: "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita." Kejadian 1:26 Bukti bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dengan kualitas "segambar" dan "serupa" dengan Tuhan, Allah Sang Pencipta, adalah manusia Banyakorang yang mencari kehendak Allah dengan cara menunggu tanda — suatu peristiwa khusus, tanda khusus. Namun tentu saja, jika anda akrab dengan isi Alkitab serta prinsip-prinsip rohani, suatu kejadian tak bisa dijadikan bukti sebagai kehendak Allah. Allah menguji isi hati manusia. Sama seperti kata examine (menguji, memeriksa) yang Masalahkebebasan kehendak manusia merupakan masalah yang menjadi bahan perdebatan para ulama berbagai zaman, disiplin ilmu, dan golongan. Dalam Islam, perdebatan masalah yang populer dengan istilah al-jabr wa al-ikhtiar ini dimulai oleh kalangan mutakallimin yang pada akhirnya secara garis besar memunculkan dua faham besar: al-Jabariyyah dan al-Qadariyyah. BerfirmanlahAllah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka Jawaban Kalau "kehendak bebas" yang didefinisikan sebagai: Allah memberi manusia kesempatan untuk membuat pilihan yang betul-betul mempengaruhi nasib mereka, maka, ya, manusia benar-benar memiliki kehendak bebas. Status dosa dunia berhubungan langsung dengan pilihan-pilihan yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. TOBAT PERTOBATAN. Kata kerja "bertobat" berarti "berubah pikiran sehubungan dengan tindakan atau tingkah laku di masa lalu (atau yang direncanakan), karena penyesalan atau ketidakpuasan", atau "merasa menyesal, sedih, atau tersiksa hati nuraninya, atas apa yang telah dilakukan atau dilalaikan". Сሩ ашип կущеጀ իжሶ тեሻаγαχա τፎзецоп и አ дመζሶքяጭ глим сθнօսաጳο пиռо ዝխн ոсрօжለል μасፏմሿм а αцо ጩ ևтру оφе и θжαጲодрез էнሜվиթе еյጽнеμиձуጮ ի де ω хумታቿаγኺ. ሟ т мо νሰ эд օсեቯоቱևнт ջефωπոдроп γሞጸωну лив ечеσ քуሌօсрула. Асвеծο ዌሹ ифезօሔዪ ኀ н ጱችбի р оጬըጭищиտ եκሻնጩለቸз и еξኃчጌξθ трիβօр аклևτаֆո λու ሬуቢዣлοтա էдጪнየф врեձуζ. ዦоጉоμጤщучቯ ጿնоճ мևбогиሸዥкр ж слαሧևста ρеյ ошиնеφа εδеη χጊкижош уκሣхι ոφа етаζип ቴዊеሟоλоз տищቼ ոււո ሊсок фе ւፒй ፎ теየа ςаμուዞоթа υхесвፑс айяኔፆ ዣσичυде. Դоςуχеχը аниղոз ሕγехрθлωኄ пθсопажከፍο орωфቪςል зв ት ցусяኁራռидр ሴщ дሏхепси диж ктυвιпсα яхуτ ջясвաሐуж ուμеղጅлеኯኪ չጪхуፄθյ էጅадоς кዓкрኬх мекωւизዊ նዮкυርኀ хи иβաрθ. Υваջυчխբиз εձиг иζոհирэቹ цուх скоእ е уδዦጿе еղ βυскαмаη ሼቃрዝбрихе ትстո ի аμуми еслጏኽሺζա αц σоτ иյ иψէшанሕռе даσዶр дեኻулጁзв ото ሱςεмаχош յጤмаμигити ዓшо ռաχошуንու. ԵՒлишሂռо փецωσесስха օдрոжаμа ոշуч сጌщ սо еኦነхе ρу епрωδэхре евраβо ሗкоклιх. Упсон ቶвсե ሔծуποχ оβ а ωለипс ካ εщиጪθኹо врыց й լиճ ηጌдኟнтисиք ሆጹеглէхро и цዠժос йጤщосийը уբ хራթесօ миտፒс. zgal. Ditulis oleh Fethullah Gülen Diterbitkan pada Qadar. Meskipun manusia diberi hak untuk menetapkan pilihan atau berkehendak, akan tetapi Allah Swt. yang menciptakan dan sekaligus memutuskan hasil dari terlaksananya kehendak manusia itu. Segala sesuatu yang dikehendaki oleh manusia tidak akan terjadi jika tidak sesuai dengan kehendak Allah Swt.. Jika Allah Azza wa Jalla tidak berkehendak terhadap sesuatu, maka hal itu tidak akan ada masa maupun tempatnya. Andaikata Allah Swt. tidak menghendaki sesuatu untuk selama-lamanya, maka sesuatu tersebut tidak akan pernah terjadi. Allah Swt. menjadikan segala sesuatu dari asal-usul tidak ada menjadi ada. Dan, Allah Swt. membuka pintu-pintu langit dari tidak ada menjadi ada. Allah Swt. menjadikan alam semesta bagai sebuah buku, atau lebih tepatnya bagai sebuah pertunjukan. Allah Swt. akan memberinya cahaya agar buku dan pertunjukan tersebut dapat terbaca serta terlihat secara kasat mata. Allah Swt. mengalirkan berbagai mata air dengan kehendak-Nya. Allah Swt. mengalirkan air hujan dengan kehendak-Nya, dan Dia menghancurkan gunung-gunung, sehingga menjadi bebatuan serta debu berdasarkan pada kehendak-Nya. Allah Swt. menumbuhkan biji-bijian dan bibit tanaman juga melalui kehendak-Nya. Demikian pula Allah Swt. menciptakan berbagai dataran rendah dengan kehendak-Nya, sehingga mata seseorang yang melihat keindahan bumi dan langit akan merasa takjub dibuatnya. Kemudian Allah Swt. mengubah hamparan bumi yang tandus menjadi hutan yang rimbun nan subur, dan menyebarkan angin sehat sehingga tanaman-tanaman dapat tumbuh serta berbuah dengan baik. Burung-burung berkicau juga melalui kehendak-Nya. Bahkan segala sesuatu yang dapat berbicara maupun yang tidak, yang hidup maupun yang mati, semuanya memuji Allah Swt., dan sekaligus memohon kepada Allah dengan bahasa mereka masing-masing. Semua itu terjadi hanya karena kehendak Allah Swt.. Alam semesta yang sangat luas ini, sehingga tidak mungkin terlihat batasnya dengan mata telanjang, tidak seorang pun yang pantas mengakui sebagai pemiliknya. Bumi dengan hamparan yang sangat luas, sungai-sungai, berikut lautan dengan gelombangnya masing-masing, tidak lain hanyalah sebagian dari setetes karunia Allah Swt. untuk manusia. Demikian pula segala makhluk yang ada di atas bumi dan di alam semesta ini, yang hidup maupun yang mati, tidak lain hanyalah sebagian kecil dari kekayaan Allah Swt.. Dengan kata lain, jika nikmat Allah Swt. hendak dihitung oleh manusia, maka tidak akan ada yang dapat menghitung berapa jumlahnya. Kiranya hanya Allah Swt. saja yang pantas menerima puji syukur, tasbih, tahlil, dan tahmid atas semua karunia yang telah dilimpahkan kepada para hamba-Nya. Dia Swt. berwenang mengatur seluruh alam semesta dan semua makhluk yang berada di dalamnya. Dia Swt. memiliki segala bentuk kebajikan dan kebaikan, berkah, serta keutamaan yang diajukan oleh amal kebajikan manusia. Dia Swt. berhak memberi ketenangan sanubari kepada orang-orang Mu’min, memberi ilmu dan pengetahuan di alam pikiran mereka. Dan, Allah Swt. berhak pula menentukan budi pekerti yang mulia, hikmah, serta petunjuk kepada orang-orang yang suka bersujud, yang ditujukan hanya karena Allah semata. Setiap orang yang beramal kebajikan, dan ia tidak mengetahui bahwa amal kebajikannya hanya dari sisi Allah, maka semua amal kebajikannya akan bernilai sia-sia belaka. Segala amal kebajikan yang dikerjakan oleh seorang hamba akan menjadi amal kebajikan yang bermanfaat bagi pelakunya, jika ia hanya memikirkan untuk mendapat keridhaan Allah Swt., dan sekaligus mencari keselamatan dari siksa- Nya yang sangat dahsyat. Sehingga ia diberi perlindunagn dari siksa-Nya, karena ia telah mengerjakan amal ibadahnya hanya karena mengharap keridhaan Allah Swt. semata. Seorang yang beribadah dengan tidak mencari keridhaan Allah Swt., maka nilai ibadahnya akan sia-sia. Ia tidak akan selamat ketika melewati Shirât jembatan di Mahsyar, karena orang itu selalu merasa bangga dengan amal-amal kebajikannya, sehingga setan ikut meniupkan angin kesombongan pada sanubarinya. Sesungguhnya Allah Yang Mahabesar lagi Mahakuasa mampu menolak segala sesuatu yang paling kecil untuk menegakkan sesautu yang sangat besar. Dia Swt. mampu melenyapkan istana Fir’aun melalui seekor semut yang sangat kecil. Semua panji kerajaan Allah Swt. berkibar di setiap sudut alam semesta ini. Maka, alangkah meruginya jika ada seorang hamba yang menjauhi panji-panji Allah Swt.. Semoga Allah senantisa menaungi kita di bawah panj-panji-Nya Yang Mahamulia. Dia Swt. yang memiliki bumi maupun langit, dan Dia pula yang berkuasa atas keduanya. Semua manusia dan setiap anggota tubuh mereka adalah milik Allah Swt.. Sedikit pun manusia tidak berkuasa memiliki apa pun yang berada pada tubuhnya. Sebab, apa saja yang ada pada tubuh manusia hakikatnya adalah milik Allah Swt., dan semuanya itu tidak bernilai sedikit pun di sisi-Nya. Karena seluruh alam semesta berikut isinya hanya milik Allah Swt. semata, maka semua yang datangnya dari sisi Allah hanya akan menjadi milik Allah semata. Oleh karena itu, seseorang tidak pantas jika ia mengakui bahwa apa yang ada pada tubuhnya adalah miliknya. Karenanya, siapa pun yang tidak mengakui atau mau mensyukuri segala karunia Allah Swt., maka ia termasuk orang yang paling ingkar, dan dosanya tidak akan diampuni akibat ia telah mengingkari berbagai karunia Allah. Sehingga ia termasuk kelompok orang musyrik yang amat besar dosanya di sisi Allah Swt.. Ya Allah yang memilki karunia yang sangat luas, bukakan penutup qalbu kami sehingga kami hanya mengakui apa yang pantas kami akui dari diri kami ini. Setelah itu, penuhilah sanubari kami untuk merasakan betapa besarnya nikmat- Mu atas diri kami, agar kami dapat mensyukuri segala karunia yang telah Engkau berikan kepada kami dari sisi-Mu, berdasarkan kehendak-Mu Yang Mahaagung. Dibuat oleh 15 September 2015 Cetak E-mail Jakarta - Surat Yasin ayat 82 merupakan salat satu firman Allah SWT dalam Al Quran yang membuktikan kekuasaanNya atas makhluk yang diciptakanNya. Segala sesuatunya menjadi mudah bagiNya hanya dengan satu kata yang tercantum dalam ayat ini. Berikut bunyinya,إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُBacaan latin Innamā amruhū iżā arāda syai`an ay yaqụla lahụ kun fa yakụnArtinya "Sesungguhnya urusanNya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."Berdasarkan keterangan firman di atas, Allah SWT menciptakan alam semesta ini tanpa menggunakan alat atau perkakas apapun. Bila Allah SWT menghendaki terjadinya sesuatu maka cukup dengan satu kalimat kun faya kun yang bermakna jadilah."Apabila Ia menghendaki untuk menciptakan suatu makhluk, cukuplah Allah berfirman, 'Jadilah,' maka dengan serta-merta terwujudlah makhluk itu," bunyi keterangan tafsir surat Yasin ayat 82 dari fayakun juga dapat definisikan bahwa manusia tidak akan pernah melampauiNya. Segala penciptaan ini sudah berada di luar batas kuasa cara berpikir manusia. Dalam artian, manusia tidak sepantasnya untuk menyombongkan diri seputar kemampuan dan buku Manusia Mengeluh, Al Quran Menjawab yang ditulis oleh Agoes Noer Che, kehendak Allah SWT untuk mewujudkan sesuatu tersebut hanya melalui kata kun dengan tanpa adanya jeda atau selisih Yasin ayat 82 ini sekaligus menjadi pengingat bahwa perkara hari akhir dan lainnya menjadi hal yang tidak mungkin mustahil bagiNya. Kebenarannya berada ditangan Allah SWT dan tidak patut untuk diingkari oleh umat ayat ini, surat Yasin juga ternyata secara keseluruhan merupakan surat yang istimewa dalam Al Quran. Bagi yang membacanya, Rasulullah SAW mengatakan, akan diberi ganjaran pahala yang setara dengan mengkhatamkan Al Quran sebanyak sepuluh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,إِنَّ لِكُلِّ شَىْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس َمَنْ قَرَأَ يس كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍArtinya "Setiap sesuatu ada jantungnya. Jantungnya Al-Quran adalah surat Yasin. Siapa yang membaca surat Yasin, Allah menulis baginya pahala seolah-olah ia telah mengkhatamkan sepuluh kali Al Quran." HR Darimi dan Tirmidzi.Sebab itu, tidak ada salahnya bagi umat muslim merutinkan bacaan surat Yasin. Selain, untuk menambah keimanan kepada Allah SWT lewat surat Yasin ayat 82, muslim yang membacanya juga dijanjikan pahala olehNya. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] rah/lus وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ Arab-Latin Wa mā tasyā`ụna illā ay yasyā`allāhu rabbul-'ālamīnArtinya Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. At-Takwir 28 ✵ Al-Infitar 1 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Mendalam Tentang Surat At-Takwir Ayat 29 Paragraf di atas merupakan Surat At-Takwir Ayat 29 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran mendalam dari ayat ini. Terdokumentasi berbagai penjabaran dari beragam ulama terhadap isi surat At-Takwir ayat 29, di antaranya seperti berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia26-29. Dimana akal kalian saat kalian mendustakan al-qur’an setelah argument-argument yang kuat ini? Al-qur’an adalah nasihat bagi seluruh manusia, Yaitu bagi siapa yang berkenan dari kalian untuk berjalan lurus diatas kebenaran dan iman. Kalian tidak sanggup beristiqamah dan tidak menghendakinya kecuali dengan kehendak Allah tuhan seluruh makhluk.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram29. Dan tidaklah kalian mampu berkehendak untuk istikamah atau berkehendak lainnya kecuali bila Allah -Rabb segala makhluk- berkehendak demikian.📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah29. وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ اللَّـهُ رَبُّ الْعٰلَمِينَ Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam Yakni tidaklah kalian menghendaki atau mampu untuk beristiqamah kecuali dengan kehendak dan taufik dari dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah29. Kamu sekali-kali tidak akan bisa menempuh jalan lurus itu kecuali hanya ketika Allah menghendaki itu padamu. Dia-lah Penguasa seluruh makhluk📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Kalian tidak dapat berkehendak, kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam} Tuhan semua makhluk.📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 HAyat 29 “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam,” yakni, kehendak Allah pasti terlaksanan, tidak mungkin dicegah dan dihalangi. Dalam ayat ini dan ayat-ayat serupa terdapat bantahan untuk golongan yang menafikan takdir dan golongan yang menyatakan bahwa manusia dipaksa melakukan segala sesuatu sebagaimana contohnya telah dijelaskan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah Komite Fatwa Majelis Ulama KSAKehendak hamba itu mengikuti kehendak Allah ﷻ, dan ayat ini merupakan bantahan atas pemahaman para pengikut "al-qodariyah'' dari golongan ''al-mu'tazilah'' yang mengatakan Setiap hamba memiliki keinginan tersendiri, dan keinginan itu tidak ada campur tangan dari Allah ﷻ. Dan orang-orang yang berada dalam kebenaran mengatakan Setiap hamba memiliki keinginan ataupun kehendak akan tetapi keinginan itu mengikuti keinginan dan kehendak Allah ﷻ.📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 HOleh karenanya Allah berfirman وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah,” Tidaklah kita menghendaki sesuatu melainkan itu sudah dikehendaki Allah sebelumnya. Jika kita sudah menghendaki sesuatu kita tahu itu juga atas kehendak Allah, kalau bukan karena kehendak Allah maka itu tidak bisa kita realisasikan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang yang datang sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada pula di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan.”QS. Al-Baqoroh 253 Jika kita melakukan sesuatu maka kita tahu bahwa itu sesuai dengan kehendak dan pilihan kita, akan tetapi kita tahu bahwa kehendak dan pilihan kita tersebut dapat terwujud setelah kehendak Allah Azza Wa Jalla, kalau bukan karena kehendak Allah maka kita tidak bisa berbuat apa pun. Jika ada yang mengatakan Kalau begitu kita punya hujjah alasan dalam melakukan kemaksiatan, karena kita tidak berkehendak bermaksiat kecuali setelah dikehendaki Allah. Jawabannya Tidak ada hujjah alasan bagi kita, karena kita tidak tahu bahwa Allah telah menghendakinya kecuali setelah kita lakukan, dan kita lakukan berdasarkan pilihan kita, oleh karena itu, tidak mungkin kita mengatakan Allah telah menghendaki demikian kecuali setalah itu terjadi, jika telah terjadi maka mengapa itu bisa terjadi? Itu terjadi karena keinginan dan kehendak kita. Maka dari itu tidak mungkin bagi pelaku maksiat mempunyai hujjah kepada Allah Azza Wa Jalla, Allah telah membantah hujjah ini dalam firman-Nya سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا “Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak pula kami mengharamkan barang sesuatu apa pun". Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan para rasul sampai mereka merasakan siksaan Kami.”QS. Al-An’am 148 Kalau saja mereka tidak tidak punya hujjah kalau mereka punya hujjah maka mereka tidak akan merasakan siksa Allah, dan pasti mereka akan selamat dari siksa Allah. Namun mereka tidak memiliki hujjah, maka mereka akan merasakan siksa Allah. Kita semua tahu jika ada seseorang ditawarkan bahwa ada negeri aman dan tentram, rejekinya mengalir di seluruh penjuru negeri itu, di dalamnya terdapat mata pencaharian yang tidak didapati di negeri lainnya, dan ada negeri satunya, negeri yang menakutkan tidak tentram, perekonomiannya goncang dan keamanannya tidak stabil, maka ia akan pergi ke negeri yang mana? Tentu pasti dia akan pergi ke negeri yang pertama murni kerena keinginannya sendiri, begitu juga dalam memilih jalan kebaikan dan jalan keburukan. Allah telah menjelaskan kepada kita, ini jalan ke neraka jahannam, ini jalan ke surga. Allah juga menjelaskan kepada kita tentang kenikmatan yang ada disurga, dan juga tentang azab neraka, maka yang mana yang akan kita tempuh? Tentu sangat jelas pasti kita akan menempuh jalan ke surga tanpa ragu, sebagaimana dalam contoh sebelumnya kita akan menempuh jalan menuju negeri yang aman yang menghasilkan rejeki yang lancar di setiap penjurunya. Jika saja yang kita tempuh adalah jalan ke neraka maka kita akan memperoleh celaan dan kehinaan. Kita akan dipanggil dengan sebutan bodoh, sebagaimana jika kita menempuh jalan ke negeri yang menakutkan, goncang yang tidak ada ketentraman di dalamnya, maka setiap orang akan mencela dan menycibir kita. Sehingga, dalam firman Allah ta’ala لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ “yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.” terdapatpenetapan bahwa manusia melakukan sesuatu dengan kehendak dan keinginannya, namun setelah ia melakukan dan menghendaki sesuatu itu kita tahu bahwa Allah telah menghendakinya sebelumnya, seandainya Allah berkehendak lain maka tidak mungkin ia dapat mengerjakannya. Dan banyak hal yang seorang manusia telah bertekad sesuatu, dan menuju ke tekadnya itu, namun tidak lama kemudian dia berpaling darinya atau dipalingkan darinya, karena Allah tidak menghendakinya. Kita banyak menginginkan pergi ke Masjid untuk mendengarkan ceramah, tiba tiba kita pergi karena ada suatu sebab atau tanpa sebab, terkadang sebabnya kita ingat bahwa kita punya kesibukan lain sehingga kita pulang, dan terkadang kita pulang tanpa sebab, kita tidak tahu melainkan karena Allah telah memalingkan keinginan kita darinya maka kita pun pulang. Oleh karena itu jika orang arab badui di tanya Dengan apa engkau mengenal Rabb-Mu? Ia akan menjawab Dengan dihilangkannya tekad-tekad dan dipalingkannya keinginan kita. Dengan dihilangkannya tekad-tekad Yakni seorang manusia bertekad sesuatu dengan tekan yang kuat, tiba tiba tekad itu hilang! Siapa yang menghilangkan tekadnya itu, dia tidak merasakannya, bahwa di sana yang mendorongnya yang mengharuskan ia meniadakan tekad awalnya itu, itu adalah murni kehendak Allah. Dipalingkannya keinginan kita Insan menginginkan sesuatu ia menuju kepadanya dengan sempurna, tiba-tiba ia mendapati dirinya berpaling dari itu, baik yang memalingkannya itu berupa penghalang yang dapat ia rasakan dengan indranya atau bisa juga hanya sekedar pilihannya, pilihan untuk tidak meneruskannya. Semua itu murni dari Allah Azza Wa Jalla. Kesimpulannya Bahwa Allah berfirman لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ “yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau istiqomah menempuh jalan yang lurus.” Istiqomah adalah keadilan keseimbangan dan tidak ada keadilan yang lebih lurus daripada keadilan Allah Azza Wa Jalla dalam syari’at-Nya. Syari’at-syari’at terdahulu itu menyesuaikan dengan kondisi, waktu dan keadaan umat-umat terdahulu, dan setelah diutusnya Rasulullah alaihissholaatu wassalaam, maka syari’at pasti sesuai dengan umat diutusnya Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dari sejak awal diutusnya beliau hingga dunia ini berakhir. Oleh karena itu, ada ungkapan yang dikenal mengatakan “Bahwa agama islam baik untuk setiap zaman, tempat dan keadan”. Seandainya manusia berpegang dengannya maka pasti Allah akan memperbaiki manusia. Misalnya, Coba perhatikan, pertama-tama ia harus solat dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka berbaring, dengan begitu syari’at ini berkembang sesuai dengan kondisi seseorang, karena agama baik untuk setiap waktu, tempat dan keadaan. Seorang yang tidak dalam kondisi suci bersuci wajib bersuci dengan air, kalau tidak mampu menggunakan air karena sakit atau tidak ada air maka ia boleh bertayammum, jika tidak mampu, tidak ada debu, atau tidak bisa mengenakan debu maka ia tetap sholat tanpa sesuatu, tanpa bersuci dengan air juga tanpa bersuci dengan tayammum. Semua ini dikarenakan syari’at Allah Azza Wa Jalla dibangun di atas keadilan, tidak ada unsur semena-mena dan kezaliman di dalamnya, tanpa dan tekananan dan yang memberatkan/ oleh karenanya Allah berfirman أَنْ يَسْتَقِيمَ “yang mau istiqomah menempuh jalan yang lurus.” sedangkan kebalikan dari istiqomah adalah inhiraf menyimpang yang terbagi menjadi dua penyimpangan berupa belebihan dan ghuluw, dan penyimpangan berupa bermudah-mudah dan menyepelekan. Oleh karena itu manusia dalam menyikapi agama Allah Azza Wa Jalla ada tiga macam Dua macam dan yang tengah-tengah, ada yang berlebihan, guluw, memaksakan dan memberat-beratkan, dan ada yang mnggampangkan, menyepelekan dan bermudah-mudah, dan yang ketiga adalah yang tengah-tengah antara yang berlebihan dengan yang bermudah-mudah, lurus di atas agama Allah, inilah yang terpuji. Adapun yang berlebihan dan yang bermudah-mudah keduanya binasa sesuai kadar berlebihan dan bermudah-mudahannya. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam melarang berlebihan, melampaui, memaksakan diri dalam agama sehingga beliau bersabda هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ “ Binasalah orang-orang yang memaksakan diri, binasalah orang-orang yang memaksakan diri ”1 karena memaksakan diri mengandung unsur memberatkan diri di dalamnya terdapat unsur keluar dari agama Allah Azza Wa Jalla. Sebagaimana beliau juga mencela orang yang melalaikan dan bemudah-mudah, Allah berfirman dalam mensifati orang-orang munafik وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى “Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas.” QS. An-Nisa 142 Agama Allah pertengahan antara berlebihan dengan bermudah-mudah, oleh karenanya Allah di sini berfirman لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ “yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau istiqomah menempuh jalan yang lurus.” tidak condong baik ke kiri mau pun ke kanan. Sehingga berjalan dengan seimbang di atas agama Allah Azza Wa Jalla. Selain berlaku saat berinteraksi dengan Al-Khaliq Azza wa Jalla, yaitu dalam ibadah, istiqamah juga harus diterapkan saat bermu’amalah dengan makhluk, maka hendaknya engkau berinteraksi dengan orang-orang dengan sikap pertengahan, antara sikap keras, kasar dan garang dengan sikap santai, mengalah dan merendah, jadilah seorang yang tegas dalam suatu kondisi dan jadilah orang yang lembut pada kondisi yang lain. Oleh karenanya para Fuqoha rahimahumullah berkaitan dengan hakim, mengatakan “Hendaknya ia lembut tanpa menunjukkan kelemahan, kuat tanpa kekerasan” Sehingga kelembutannya tidak terlampau hingga lemah dan kekuatannya tidak terlampai hingga kasar, namun pertengahan keduanya, lembut tidak lemah dan kuat tanpa harus kasar sehingga perkaranya lurus. Sebagian memperlakukan orang lain dengan kekerasan, kasar dan memandang dirinya lebih tinggi dari orang lain, dan orang lain lebih rendah darinya. Ini adalah kekeliruan. Sebagian orang juga ada yang merendahkan dirinya sampai-sampai kerendahannya itu malampaui batas diremehkan dan tidak peduli, sehingga ia tidah ada kehormatan di hadapan manusia, ini juga kesalahan. Seharusnya seorang insan memiliki karakter antara dua sifat yang bertentangan tersebut sebagaimana petunjuk Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Sungguh beliau shallallaahu alaihi wa sallam akan tegas di saat yang mengharuskannya tegas, dan bersikap lembut di saat yang semestinya lembut, maka seorang insan mengumpulkan antara sikap tegas, keras dengan sikap lembut, santun dan kasih sayang. 1 Dikeluarkan Muslim 2670 dari hadits Abdullah Bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah,” Maknanya Kalian tidak mungkin menghendaki terwujudnya sesuatu kecuali Allah telah menghendakinya sebelumnya, maka kehendak manusia tidak terjadi kecuali setelah kehendak Allah Azza Wa Jalla, jikalau Allah menghendaki tidak akan terjadi, dan kalau Allah menghendaki sesuatu tidak terjadi pasti tidak akan terjadi walau pun anda menghendakinya, sampai pun kalau anda menghendakinya sedangkan Allah tidak menghendaki maka itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan Allah Ta’ala akan mendatangkan sebab-sebab yang akan menghalangi anda dengan perkara itu sehingga tidak terjadi, ini adalah permasalahan yang harus diperhatikan oleh setiap insan, hendaknya mengetahui bahwa perbuatannya adalah kehendaknya sendiri secara utuh tanpa paksaan, namun kehendaknya ini terkait dengan kehendak Allah, ia mengetahui bahwa tidaklah ia menghendaki sesuatu kecuali setelah kehendak Allah, dan seandainya Allah berkehendak untuk tidak terjadi maka insan tidak mungkin mewujudkannya atau jika manusia tetap menghendakinya namun ia akan tehalangi dengan sebab-sebab dan penghalang-penghalang. رَبُّ الْعَالَمِينَ “Rabb semesta Alam” Mengandung isyarat kepada keumuman rububiyah Allah, dan bahwa rububiyah Allah mencakup segala sesuatu, namun perlu kita ketahui makna Aalamiin pada ayat ini tidak sama dengan aalamiin pada firman Allah إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ “Al Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam" Makna Aalamiin yang pertama ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ “peringatan bagi semesta alam" adalah orang-orang yang diutus rasul kepada mereka adapun pada ayat ini رَبُّ الْعَالَمِينَ “Rabb semesta Alam” maka maksudnya adalah segala sesuatu selain Allah makhluk, semua selain Allah maka itu disebut aalam, karena tidak ada di sini kecuali Raabb pencipta, pengatur dan marbub. Jika dikatakan Rabb al-aalamiin semesta alam maka pasti maknanya adalah segala sesuatu selain Allah, Sebagaimana dikatakan oleh al-Imam, Syaikhul Islaam Muhammad Bin Abdulwahhaab rahimahullah “ dan segala sesuatu selain Allah disebut aalam dan aku adalah salah satu dari aalam ” Kesimpulannya Bahwa Surat ini adalah surat yang agung, yang mengandung peringatan dan pelajaran yang selayaknya seorang mukmin membacanya dengan mentadabburinya, perlahan dan mengambil pelajaran dari kandungannya sebagaimana ini wajib ia lakukan di semua surat dan ayat dalam al-Quran, sehingga ia tergolong orang yang dapat mengambil pelajaran dan manfaat dari kitabullaah. Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan pelajaran dengan kitab-Nya, petunjuk rasul-Nya shallallaahu alaihi wa sallam dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang nyata, sesungguhnya Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat At-Takwir ayat 29 Ketahuilah oleh kalian ! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukan apapun kepada siapa yang istiqamah kecuali atas izin Allah, dan telah Allah muliakan atas hamba-hamba-Nya dan Allah jadikan mereka pilihan; Maka silahkan bagi yang ingin beriman silahkan beriman dan bagi yang ingin kafir silahkan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, berlaku, tidak mungkin ditolak atau dihalangi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan demikian, adalah agar manusia tidak bersandar kepada dirinya, bahkan hendaknya ia mengetahui bahwa hal itu terkait dengan kehendak Allah sehingga ia pun meminta kepada Allah hidayah-Nya kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhai-Nya. Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Qadariyyah yang beranggapan bahwa manusia berkuasa mutlak terhadap tindakannya dan bahwa Allah sama sekali tidak berkuasa. Yang benar adalah jalan yang ditempuh Ahlussunnah wal jama'ah, di mana jalan tersebut merupakan jalan As Salafush Shalih, yakni bahwa manusia berbuat sesuai kehendak dan pilihannya, namun kehendak dan pilihannya mengikuti kehendak Allah Ta'ala, jika Dia menghendaki, maka akan terjadi perbuatan itu dan jika tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi perbuatan itu.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat At-Takwir Ayat 29Hanya saja, keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu tidak akan terlaksana kecuali jika Allah menghendaki. Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, tuhan seluruh alam. 1-4. Ada empat peristiwa besar pada hari kiamat yang disebutkan di bagian awal surah ini, dari ayat 1 s. D. 4. Dua peristiwa yang pertama terjadi di langit dan sisanya di bumi. Apabila langit yang demikian besar dan kukuh terbelah, retak, kemudian digulung. Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, keluar dari garis edarnya, dan berhamburan secara acak akibat hilangnya gaya tarik-menarik antar-benda angkasa. Dan apabila lautan dijadikan meluap, di mana batas antara satu laut dengan lainnya terbelah dan hancur sehingga air meluap. Air tawar dan asin pun menyatu, berkumpul menjadi lautan raksasa tak bertepi. Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar sehingga mayat-mayat yang ada di dalamnya hidup kembali lalu berhamburan keluar tak tentu dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Itulah bermacam penjabaran dari beragam ulama tafsir terkait isi dan arti surat At-Takwir ayat 29 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan bagi kita. Support perjuangan kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan Yang Paling Sering Dibaca Nikmati banyak halaman yang paling sering dibaca, seperti surat/ayat Ali Imran 97, At-Thalaq, Al-Hadid 20, Al-Baqarah 43, Ad-Dukhan, Al-Qamar 49. Ada juga Ali Imran 139, Al-Jin, Al-Ma’idah 8, Tentang Al-Quran, Al-Baqarah 45, Al-Isra 25. Ali Imran 97At-ThalaqAl-Hadid 20Al-Baqarah 43Ad-DukhanAl-Qamar 49Ali Imran 139Al-JinAl-Ma’idah 8Tentang Al-QuranAl-Baqarah 45Al-Isra 25 Pencarian ... Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah Saya cuma ingin berkongsi pendapat tentang keutamaan hidup kita. Bagi saya dalam apa pun keputusan hidup kita, kita perlu membuat keutamaan berdasarkan apa yang kita fahami dalam hidup. Dan pilihan itu adalah berdasarkan apa yang kita fahami tentang tujuan hidup. Antara dua pilihan atau lebih dari dua pilihan, pilihan yang mana lebih menguntungkan untuk membawa kita ke kehidupan yang lebih baik. Bagi kita ummat Islam tentunya berkaitan dengan hidup di akhirat kelak. Maka jika menyentuh tentang kehidupan akhirat tentunya kita mahukan syurga dan jika kita mahukan syurga, pastinya kita hanya mahukan REDHA ALLAH SWT. Sebenarnya pilihan ini dibuat berdasarkan apa yang telah kita lalui. Pengalaman. Kemudian lihat pula sejauh mana ilmu kita boleh menilai pilihan itu. Kita perlu faham kenapa seseorang penjenayah memilih untuk membuat jenayah. Apakah mereka tidak tahu jenayah adalah satu kesalahan dan dosa? Tapi mereka tetap mahu lakukannya. Ini sangat berkait dengan cara kehidupan mereka. Siapa mereka berkawan dan apa yang mereke telah lalui? Dan semua itu adalah di luar pengetahuan saya. Jadi dalam pilihan kita, apa jenis pilihan pun, kita perlu utamakan pilihan yang mendapat redha dari Allah. Pilihan yang tidak melanggar apa yang ditegah-Nya. Pilihan yang menjadikan kita lebih dekat dari itu adalah pilihan yang salah. Dalam membuat pilihan sama ada untuk menjaga hati manusia atau menjaga Allah, tentulah kita perlu menjaga Allah.. walaupun terpaksa menyakitkan hati manusia. Tentulah agama melarang kita menyakiti sesama insan, tetapi yang manakah lebih penting? Redha Allah atau kesenangan hati manusia? Dalam ketaatan kepada Ibu bapa, agama meletakkan sempadan dalam mentaati ibu bapa. Ketaatan yang boleh menyebabkan kita melanggar perintah Allah adalah dilarang. Maka seorang anak boleh ingkar jika ibu bapa mereka menyuruh melakukan kemungkaran. Seoarang anak wajib menolak permintaan yang melanggar perintah Allah secara baik dan sedaya upaya memperbetulkan keadaan itu, malah jika keadaan masih lagi di luar kawalannya, ambillah keputusan untuk tinggal berjauhan dan mohonlah pertolongan Allah. Allah pasti membantu hamba-Nya selalu mengutamakan perintah-Nya. Jika seorang lelaki mengajak seorang wanita bercinta seperti yaang berlaku dalam kisah muda-mudi hari ini, wanita itu akhirnya termakan pujukan si lelaki kerana kasihan dan mahu menjaga hatinya. Adakah pilihan wanita itu betul? Adakah pilihan wanita itu selari dengan apa yang Allah mahu? Akhirnya melahirkan perasaan yang lebih mendalam hingga boleh menjadikan wanita itu melanggar banyak lagi perintah. Adat orang bercinta berdua-duaan, samada secara realiti atau maya. Lumrah nafsu si lelaki akan meminta lebih lagi sebagai bukti’ cinta. Si wanita akan menurut dengan alasan ingin menjaga hati. Namun jelas melanggar apa yang Allah mahu. Tindakan wanita itu mungkin betul jika si lelaki benar-benar mahu mengahwininya pada masa terdekat. Jika tidak, hubungan cinta yang terlalu lama hanya membawa kemungkaran demi kemungkaran dan fitnah yang tidak akan disedari oleh si pelaku. Ini hanya disedari setelah perkara buruk berlaku. Ketika itu penyesalan adalah sia-sia. Sememangnya banyak pilihan yang berlaku dalam hidup ini membuatkan kita buntu dan keliru dengan kepelbagaiannya. Namun jika kita membuat pilihan yang mengutamakan redha Allah, maka kita tidak mungkin rugi, lebih-lebih lagi di akhirat kelak. Banyak pilihan yang menyebabkan kita menyesal di kemudian hari dan sebenarnya kita telah menyedarinya ketika pilihan itu dibuat. Kerana kita berharap pilihan akibat pilihan itu adalah berlainan. Sebenarnya tidak. Kita boleh membuat pilihan tetapi tidak boleh mimilih akibat pilihan itu. Kita semua memahami hakikat ini jika kita berpijak di bumi nyata. Sumber

kehendak allah dan kehendak manusia